HAKIKAT
DAN PROSES MEMBACA
Dosen :
Dr.Retno Danu
Rusmawati,M.Pd.
Disusunoleh:
Mohammad
Nizar Fachrudin (27)
Habibi
Triyantama Bahtiar (23)
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ADIBUANA SURABAYA
2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena pertolongannya kami
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Hakikat dan Proses
membaca”.Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses
pengerjannya,tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Diharapkanpembacadapatmemahamilebihdalamtentang
“Hakikatdan Proses membaca” sehinggadapatmemaksimalkan proses
belajarmengajardanpembacadiharapdapatmenginterpretasiapa yang
adadidalammakalahini.
Taklupasaya juga mengucapkanterimakasih yang
takterhinggakepadaIbuDr.Retno
Danu Rusmawati,M.Pd.selakudosenpembimbing
kami di matakuliahMembaca.Dari beliaulahsayabisamendapatkanilmubarudanbisamenyelesaikantugasini.
DAFTAR ISI
Kata
pengantar................................................................................................................ i
Daftar
isi......................................................................................................................... ii
A.
Latar Belakang........................................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................................... 1
C.
Tujuan Penulisan........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
1.
Hakikat Membaca....................................................................................................... 2
2.
Pengertian dan Proses Membaca................................................................................ 2
BAB
III penutup
3.
Kesimpulan................................................................................................................. 6
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Membaca penting dalam kehidupan masyarakat yang
semakin kompleks, setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca.
Membaca
merupakan tonggak belajar yang akan berlangsung seumur hidup. Karena itu, boleh
jadi keterampilan membaca adalah kunci sukses dalam pendidikan dan
kehidupan yang lebih luas.
Kemampuan membaca tidak muncul dengan
sendirinya pada diri kita.Kemampuan itu dibentuk melaui latihan. Dibutuhkan
cara yang tepat untuk kegiatan belajar membaca. Diperlukan stimulasi yang tepat
agar mampu menangkap pesan-pesan atau tujuan dari membaca itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud
dengan hakikat membaca?
2. Apa
saja proses membaca?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui
hakikat membaca
2.Untuk mengetahui
proses membaca
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hakikat membaca
Membaca merupakan aktivitas
atau proses penangkapan dan pemahaman sejumlah pesan (informasi) dalam bentuk
tulisan. Membaca adalah kegiatan otak untuk mencerna dan memahami serta
memaknai simbol-simbol sehingga merangsang otak untuk melakukan olah
fikir memahami makna yang terkandung dalam rangkaian simbol-simbol
tersebut.
Membaca
adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk
memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata
atau bahasa tulis.(H.G Taringan, 1985:7).
Dengan demikian membaca merupakan kegiatan yang
penting bagi seseorang yang ingin meningkatkan diri untuk memperluas
wawasannya.
2.
Pengertian
dan Proses membaca
Pengertian
dan Proses Membaca Apa yang dimaksud dengan membaca? Jawaban atas pertanyaan
tersebut akan sangat luas dan beragam, bergantung dari sudut mana kita hendak
meninjaunya. Para pakar hingga saat ini umumnya masih memberikan batasan yang
berbeda-beda. Seperti diakui oleh William (1984:2), hingga saat ini menurutnya
para pakar masih bersilang pendapat dalam memberikan definisi membaca yang
benar-benar akurat. Meskipun demikian menurutnya ada satu yang disepakati oleh
seluruh pakar ihwal membaca, yakni bahwasannya unsur yang harus ada dalamsetiap
kegiatan membaca yakni pemahaman (understanding). Sebab kegiatan membaca yang
tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca. Anderson (1972:209)
secara singkat dan sederhana mencoba mendefinisikan embaca sebagai proses
kegiatan mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang bahasa tulis atau
reading is a recording and decoding process. Tetapkah pengertian membaca
seperti itu? Jawabannya bisa ya bisa juga tidak. Bagi Budi yang masih duduk
dikelas 1 SD misalnya, pengertian membaca semacam itu sudah bisa dikatakan
tepat. Alasannya karena ketika dia melakukankegiatan membaca dia hanya terbtas
mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang- lambang bahasa tulis yang
dilihatnya; dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan
seterusnya.
Perkara
apakah dirinya mengerti atau tidak arti atau makna dari seluruh rangkaian
lambang-lambang bahasa tulis tersebut tidak begitu menjadi persoalan benar.
Kegiatan membaca semacam itu tentunya merupakan level yang paling rendah.
Selain itu pengertian tersebut mengisyaratkan seakan-akan proses membaca
merupakan proses yang pasif belaka. Bagi anak-anak SD kelas 2 keatas pengertian
membaca sebagaimana disebutkan oleh Anderson di atas tentunya sudah tidak dapat
dipertahankan lagi. Sebab tuntutan pada level mereka ketika mereka melakukan
kegiatan proses membaca adalah pemahaman. Atau dengan perkataan lain saat
mereka harus dapat memahami maksud atau tujuan arti lambang-lambang bunyi
bahasa tulis yang dibacanya. Oleh karena itu Finnochiaro dan Bonomo (1973:119)
mencoba mendefinisikan membaca sebagai proses memetik serta memahami arti atau
makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringing meaning to and
getting meaning from printed or witten material). Kedua jenis kegiatan membaca
tersebut oleh para pakar membaca umumnya digolongkan sebagai kegiatan membaca
literal. Artinya, pembaca hanya menangkap informasi yang tercetak secara
literal (tampak jelas) dalam bacaan atau informasi yang ada dalam baris-baris
bacaan (reading the lines). Pembuka tidak lagi menangkap makna yang lebih dalam
lagi yaitu makna di balik baris-baris tersebut. Membaca semacam ini masih
mencerminkan sebagai kegiatan yang pasif.
Pengertian membaca yang sebagaimana diaktakan oleh Finnochiaro dan
Banomo di atas untuk anak-anak SLTP ke atas tampaknya sudah tidak tepat lagi.
Mengapa demikian? Jawabannya karena bagi mereka ketika membaca bukan hanya
dituntut untuk memahami informasi-informasi yang tersurat saja tapi juga yang
tersirat. Atau sebagaimana dikatakan oleh Goodman (1967:127) bahwa ketika
seseorang membaca bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik
makna dari materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun
konteks yang tersedia guna membentuk makna.
Oleh
karena itu membaca dapat kita definisikan sebagai kegiatan memetik makna atau
pengertian bukan hanya dari deretan kata yang tersurat saja (reading the
lines), melainkan juga makna yang terdapat di antara baris (reading between the
lines), bahkan juga makna yang terdapat dibalik deretan baris tersebut (reading
beyond the lines). Dalam kajian membaca jenis membaca semacam ini digolongkan
kedalam membaca kritis serta membaca kreatif. Selain itu dalam prosesnya
kegiatan membaca ini juga tidak lagi pasif melainkan sebagai proses yang aktif.
Membaca
sebagai suatu proses psikologis Yang dimaksud dengan membaca sebagai proses
psikologis yakni bahwasannya kesiapan dan kemampuan membaca seseorang itu
dipengaruhi serta berkaitan erat dengan faktor-faktor yang bersifat psikis
seperti motivasi, minat, latar belakang sosial ekonomi, serta oleh tingkat
perkembangan dirinya, seperti intelegensi dan usia mental (mental age).
Membaca
sebagai proses sensoris Membaca itu pada awalnya merupakan proses sensoris,
yakni dimulai dari melihat (bagi mereka yang matanya normal) atau meraba (bagi
mereka yang tuna netra). Stimulus masuk lewat indera penglihatan, mata. Pada
tingkat awal anak-anak menunjukkan kemampuan yang secara umum sekali disebut
membaca. Para saat permulaan itu anak mulai sadar bahwa tanda lambang-lambang
tersebut itu dirangkai-rangkaikan maka akan tersusunlah suatu pembicaraan.
Kapankah anak-anak telah memiliki kesiapan penglihatan untuk memulai membaca
buku? Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya anak mempunyai
kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5-6 tahun. Pada usia tersebut anak
dianggap telah memiliki kompetensi koordinasi binakular, persepsi yang dalam
pemfokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Akan tetapi pada
usia tersebut karena anak merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian
yang berbeda dalam pertumbuhan dan perkemvanannya kita harus memiliki
pengetahuan-pengetahuan yang layak tentang hal-hal yang pantas diperhatikan.
Membaca
sebagai proses perceptual Proses perceptual dalam membaca mempunyai kaitan yang
erat dengan proses sensoris. Oleh karena itu Anda harus waspada untuk tidak
mempertukarkannya. Seperti halnya dalam proses sensoris, secara umum persepsi
dimulai dari melihat, mendengar, mencium, mengecap, dan meraba. Namun demikian
dalam proses membaca cukup hanya memperhatikan kedua hal yang pertama, yakni
melihat dan mendengar. Vernon (!962) memberikan penjelasan bahwa proses
perceptual dalam membaca itu terdiri atas empat bagian:
2) kesadaran
akan persamaan pokok untuk mengadakan klasifikasi umum kata-kata;
3) klasifikasi
lambing-lambang visual untuk kata-kata yang ada di dalam kelas yang umum
4) identifikasi
kata-kata yang dilakukan dengan jalan menyebutkannya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN:
Banyak
faktor yang mempengaruhi kemampuan serta minat membaca seseorang.Namun secara
garis besar faktor-faktor tersebut dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kategori, yakni
Faktor-faktor
yang bersifat intrinsic (yang berasal dalam pembaca). Faktor-faktor intrinsic
antara lain meliputi kepemilikan kompentensi bahasa, minat, motivasi, dan
kemampuan membacanya.
Faktor-faktor
ekstrinsik dibagi menjadi dua kategori, yakni unsur-unsur yang berasal dari
dalam teks bacaan (keterbacaan dan organisasi teks), dan kedua, unsur-unsur
yang berasal dari lingkungan (fasilitas, guru, model pengajaran dan lain-lain).
Nama Tokoh
|
Definisi
|
Goodman
(1967:127)
|
membaca
bukan hanya sekedar menuntut kemampuan mengambil dan memetik makna dari
materi yang tercetak melainkan juga menuntut kemampuan menyusun konteks yang
tersedia guna membentuk makna.
|
H.G Taringan, 1985:7
|
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh
penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.
|
Bonomo
(1973:119)
|
membaca
sebagai proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam
bahasa tulis (reading is bringing meaning to and getting meaning from printed
or witten material).
|
Anderson
(1972:209)
|
membaca
sebagai proses kegiatan mencocokan huruf atau melafalkan lambing-lambang
bahasa tulis
|
William
|
kegiatan
membaca yang tidak disertai dengan pemahaman bukanlah kegiatan membaca.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Adi susilo, Taufik. 2011. Belajar Calistung Itu Asyik.Yogyakarta. PT. Buku
Kita
Leonhardt, Mary. 1999. 99 Cara menjadikan Anak Anda Keranjingan Membaca.
Bandung. Kaifa
Nurhadi, Drs. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Malang. Sinar Baru
algensindo
Puji santoso, dkk.2009.Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta.
Universitas terbuka.
Wardhani, I Gak, dkk.2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Universitas
terbuka.
www. Republika.co.id
http://s-surya62.blogspot.com/2012/05/pengertian-jenis-dan-tujuan-membaca.html